Sinopsis The Heirs Episode 1 – 2
Sama seperti Eun Sang yang sedang
berkemas-kemas, Rachel pun begitu. Hanya saja barang yang dikemas lebih banyak
dan lebih heboh. Sepatu ini atau itu?
Ibu Rachel tak suka melihat anaknya
pergi dalam jangka waktu yang lama. Mengapa tak mengundang Tan datang ke Korea
saja? Rachel langsung berkata sinis kalau ibunya bisa mengundang Tan untuk
menghadiri pernikahannya. Ibu Rachel tahu kalau anaknya tak setuju, tapi ia
tetap akan meneruskan pernikahannya, “Kalau kau memang begitu, kau bisa
mencoret namamu di daftar warisan.”
Rachel juga tak suka mendengar ibunya selalu
menggunakan ancaman yang sama sejak dulu. Ibunya kalem menjawab kalau ancaman
itu selalu efektif setiap saat ia gunakan. Rachel bertanya apa yang membuat ibu
ingin menikahi pria itu, “Ibu pasti sudah mendengar gosip. Dan tadi kita juga
melihat ia melakukan kekerasan fisik. Atau.. ibu benar-benar sudah jatuh cinta?”
“Yoo Rachel!” seru ibu kesal.
Tapi Rachel langsung membalas, “Apakah ibu tak ingat dengan ayah saat
memanggilku seperti itu? Atau ibu ingin mengubah namaku menjadi Choi Rachel?”
Ibu menghela nafas menahan sabar,
“Kau punya tunangan yang bisa kau gunakan sebagai tempat pelarian, jadi kurasa
hidupmu tak terlalu sulit. Sampaikan salamku padanya.”
Walau ibunya sudah pergi, Rachel
masih tetap merasa kesal. Ia pun menelepon Tan.
Kita dibawa mengunjungi mansion
Tan dengan segala fasilitasnya, dan mendengarkan suara Tan, “Saat aku ditendang ke California untuk
pertama kalinya, yang terpikir di benakku adalah ‘setidaknya aku bisa makan
kacang sepuas-puasnya’. Dan mulanya aku berpikir untuk menjadi pemberontak saja
seperti anak haram pada umumnya. Tapi akhirnya aku memutuskan untuk
bersenang-senang seperti saran kakak.
Walaupun jadinya, selalu ada polisi yang sekarang mengawasiku. Dan aku
menjadi pusat perhatian di sekolah. Aku juga membuat ibuku di Seoul menangis
setiap hari.”
Jay muncul, dan kenapa anak ini lebay
banget, ya? Jay melemparkan handphone Tan yang terus berdering. Tapi Tan hanya
menangkapnya dan menaruhnya saja setelah melihat siapa peneleponnya. Rachel.
Tan mengungkapkan kalau sebentar
lagi adalah anniversary pertunangannya yang pertama dan telepon dari tunangan
itu berarti Rachel sekarang mau naik
pesawat, atau sudah ada di dalam pesawat, atau sudah turun dari pesawat.
Jay, si lebay, berkata, “Kelihatannya
kau seperti merasa hal itu bukanlah suatu
hal yang menarik.” Tan nyengir dan memakai
topinya dengan gaya, “Tidak, aku selalu kelihatan menarik.” Jay, si lebay,
tertawa mendengar ke-pede-an Tan.
Tan mengajak Jay untuk pergi ke
pantai, karena ia terlalu malas untuk merayakan ulang tahun pertunangannya.
Eun Sang tiba di bandara Los
Angeles dan nampak gugup jika tak mau disebut ketakutan. Berada di tengah dunia
yang asing itu, ia menenangkan diri dengan mengatakan kalau ia adalah 15 besar
di sekolahnya. Eun Sang mulai melafalkan Can
I get a city map? - Where is the subway station dari selembar kertas yang
selalu ia pegang erat seakan itu adalah penyelamat hidupnya.
Di luar bandara, ia melihat
seorang gadis sedang menelepon dalam bahasa Korea. Mendengar bahasa ibu, ia
langsung menangkap apa yang gadis itu bicarakan. Eun Sang melirik penampilan
gadis itu yang modis dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Gadis itu berkata pada orang di
handphone kalau ia sudah sampai dan Tan ada di sampingnya sedang memasuk-masukkan
barang ke dalam mobil, “Ia semakin keren dan sekarang lebih tinggi. Kulitnya
juga bertambah coklat karena kena matahari California.”
Eun Sang melirik ke orang yang
memasuk-masukkan barang dan tahu kalau gadis itu sedang berbohong. Gadis itu,
Rachel, tak sengaja melihat Eun Sang dan berkata sambil mengawasinya, “Kata
Tan, aku juga semakin cantik.”
Eun Sang tersenyum mendengar
kebohongan yang diucapkan. Dan Rachel semakin yakin. Ia pun menutup telepon dan
memanggil Eun Sang, “Apa kau tadi menertawakanku?”
Eun Sang pura-pura bingung dan
berkata dalam bahasa Jepang, “Annoo.. Maaf, saya adalah orang Jepang.”
Rachel menjawab sinis dengan
bahasa Jepang yang tak kalah fasih, “Kalau kau orang Jepang, maka kau tadi
seharusnya tak menguping saat aku berbicara dengan bahasa Korea.”
Eun Sang pun minta maaf dan
berkata kalau ia tadi bukan menertawakan Rachel, tapi ia tertawa karena merasa
senasib dengan Rachel, “Tak hanya aku yang merasa tak disambut di sini. Seperti
itulah..”
Setelah menjelaskan, Eun Sang
buru-buru pergi tanpa menunggu reaksi Rachel.
Tempat pertama yang dikunjugi Eun
Sang adalah pantai. Melihat banyak bule di pantai, ia bergumam, “Jadi aku
benar-benar ada di sini..” Dan melihat gadis-gadis
berbikini, ia hanya mengintip dadanya yang tertutup kaos dan kembali bergumam, “Apa
karena makanan yang aku makan berbeda, ya?” Haha..
Sebelum pergi, Eun Sang melihat
Tan yang baru saja selesai surfing dan berpikir kalau banyak sekali orang yang
beruntung bisa hidup enak.
Tan pun sempat melihat sekelebat sosok Eun Sang. Jay si lebay, mengajak Tan untuk
pergi ke pesta salah satu temannya. Tapi Tan menolak.
Eun Sang akhirnya sampai ke
alamat tempat tinggal kakaknya. Tapi ia ragu melihat kondisi rumah yang tak
terawat. Ia mendengar suara wanita dan mengira itu adalah kakaknya. Betapa
kagetnya saat melihat wanita tak ia kenal membuka pintu dengan buru-buru
mengancingkan roknya.
Saking kagetnya, Eun Sang bertanya
dalam bahasa Korea, bertanya apakah ini benar rumah Cha Eun Suk. Wanita tak
mengerti ucapan Eun Sang dan memanggil, “Chris!!” Keluarlah pacar Eun Suk. Ahh..
jadi ini selingkuhan pacarnya Eun Suk.
Eun Sang langsung membuang
pandangannya saat melihat seorang pria keluar dengan bertelanjang dada. Ia
membuka-buka catatannya, untuk bertanya dalam bahasa Inggris. Tapi pria itu
mengenalinya, dan menyapa, “Eun Sang?”
Eun Sang tak menduga rumah
kakaknya berantakan dan jorok seperti ini. Dari ruang sebelah, selingkuhan
Chris marah-marah, menganggap Eun Sang adalah pacar Chris yang lain, “Apa kau
sekarang suka dengan anak-anak?” Wanita itu pergi setelah marah-marah lagi.
Chris santai melihat
selingkuhannya pergi. Ia menghampiri Eun Sang yang langsung bertanya apakah
Chris ini suami kakaknya? Chris tertawa mendengar pertanyaan konyol itu. Tentu
saja ia bukan suami Stella (nama Amerikanya Eun Suk) dan Stella tak kuliah.
Kekesalan
Eun Sang sudah sampai di ubun-ubun hingga ia membentak Chris, “Dimana gadis
jahat itu sekarang?!!”
Tan sibuk menulis di buku dan Eun
Suk menghampirinya. Sambil menuangkan kopi, Eun Suk bertanya apa yang sedang
Tan lakukan. Tan menjawab pendek, “Aku sedang mengerjakan tugas kampus.” Eun
Suk melirik buku Tan dan berkata kalau Tan tak seperti mengerjakan tugas.
Ha.. semua orang pasti juga tahu.
Mana ada ngerjain tugas kampus pake tulisan tangan? Yang ada pake laptop dan
kirim via email.
Tapi Tan berkilah kalau itulah
alasan ia mengerjakan dengan cara seperti ini, “Ini adalah cara
pemberontakanku.” Eun Suk penasaran. Pemberontakan pada siapa? Dosennya? Kali
ini Tan tak menjawab dan berterima kasih atas kopinya. Eun Suk mengerti kalau
ia sudah harus diam, maka ia tersenyum dan pergi.
Tan kembali menulis di bukunya.
Dan, wow.. tulisan tangannya adalah latin bersambung. Wihh… Ia menulis : Saat aku menulis, aku menulis apa yang
sedang kupikirkan. Sesuatu yang dilarang oleh kakakku.
Dan si kakak yang selalu memenuhi
benak Tan, sekarang sedang memimpin rapat direksi. Namun wajahnya terlihat
marah saat mendengar laporan tentang penjualan di mall premium yang telah
mereka dirikan tak memenuhi target.
Salah satu manajer mengusulkan
kalau mereka perlu meningkatkan belanja iklan (Won : “Berarti harus keluar uang
lagi?”) atau memperluas target konsumen dari
orang-orang kaya saja menjadi keluarga (Won : “Kalau begitu sejak semula aku
akan membangun taman bermain bukannya mall premium”)
Saat tahu kalau laporan pertengahan
tahun ini sudah sampai ke tangan para manajer dari seminggu yang lalu, ia
bertanya siapa lagi yang sudah menerima laporan ini? Ayah Chan Young yang
sedari tadi mengikuti rapat dengan bosan, berkata, “Presdir Kim sudah tahu.”
Hal itu membuat Won geram dan
bertanya, “Jadi Presdir Kim sudah tahu betapa tak becusnya aku selama seminggu
ini walaupun dia ada di rumah? Sedangkan aku baru mengetahui hal ini hari ini padahal aku
setiap pagi pergi ke kantor?”
Ayah Chan Young yang selanjutnya
akan saya tulis sebagai Sekretaris Yoon, berkata kalau sebenarnya Presdir Kim
ingin datang ke rapat ini. Won memandangi satu persatu anggota rapat dan berkata
kalau ia sudah merasa ayahnya ada di sekitar mereka, “Siapa saja dari kalian
yang menjadi mata dan telinganya?”
Semua orang menghindari
bertatapan dengan Won. Sekretaris Yoon memberitahukan kalau Presdir Kim
menitipkan pesan, yaitu : Untuk menjaga perkebunanmu, kau harus memperlakukan
para petani penyewa dengan baik, dan bukannya para pemilik tanah.
Hmm.. sepertinya hubungan ayah dan anak Kim ini tak begitu baik.
Tan melihat gadis yang ia tadi
lihat di pantai, sekarang berdiri di hadapannya di luar restoran. Tapi gadis
itu tak melihat ke arahnya melainkan ke belakangnya.
Ia pun menoleh ke belakang
dan melihat gadis itu memperhatikan Eun Suk yang sedang berbincang-bincang
intim dengan salah satu pengunjung bahkan diam saja saat menerima tip yang
diselipkan ke dalam bajunya.
Tan terus mengawasi gadis itu,
yang sekarang berkaca-kaca, seakan tak percaya melihat Eun Suk hanya tersenyum
digodai di sana sini oleh para pengunjung pria. Ia dapat menangkap kesedihan dan kemarahan dalam
diri gadis itu.
Akhirnya Eun Suk menghampiri meja
Tan untuk mengisi cangkir kopinya. Ia membuka percakapan dengan Tan, tapi Tan
tak menjawab. Tatapan matanya tak pernah lepas, membuat Eun Suk penasaran dan menoleh
pada obyek yang dilihat Tan. Eun Suk terbelalak melihat adiknya sekarang ada di
hadapannya.
Tan hanya diam, dan menonton Eun
Suk yang sekarang menghampiri Eun Sang dan bertanya mengapa Eun Sang kemari?
Apakah ibu baik-baik saja? Eun Sang marah karena Eun Suk masih berani menyebut
nama ibu mereka, “Berapa banyak kebohongan yang telah kau katakan? Pernikahan?
Kau menemukan pria yang baik? Kau kuliah di universitas? Kau benar-benar gila!!”
Eun Suk tak menjawab. Ia malah
berjongkok dan membuka koper Eun Sang.
Eun Sang tak percaya melihat
kakaknya malah membongkar kopernya, mengobrak-abrik isinya dan malah bertanya
apakah Eun Sang membawa uang. Ia tahu kalau ia sekarang kena karma karena ia
berniat pergi ke Amerika untuk meninggalkan ibu dan tinggal bersama Eun Suk.
Eun Suk terus membongkar koper
tapi ia tak menemukan uangnya. Ia melemparkan barang-barang Eun Sang termasuk
notes milik ibu.
Eun Sang menjadi marah dan
mendorong kakaknya, menyuruhnya berhenti. Kakak adalah harapan terakhirnya
dalam dunia yang sangat menyebalkan ini dan selama ini ia mampu menahan semua
tekanan ini, “Kau tahu kenapa? Karena aku selama ini terus bertahan menghidupi
diriku sendiri sampai kau kembali!”
Eun Suk meminta maaf dengan nada
datar dan meminta Eun Sang untuk memaafkannya sekali lagi. Ia akhirnya
menemukan amplop uang dari ibu. Eun Sang melarang kakaknya untuk menyentuh
amplop itu. Tapi Eun Suk malah menyuruh Eun Sang untuk kembali ke Korea dan ia
akan menelepon ibu nanti.
Eun Sang berteriak separuh marah
separuh menangis, melarang kakaknya
pergi dengan uang itu. Apa kakaknya tak tahu kalau ibu bekerja sangat keras
untuk mengumpulkan uang itu? Tapi Eun Suk tak mendengarnya dan lari.
Eun Sang terus menangis dan
memanggil kakaknya, bingung antara ingin mengejar kakaknya tapi takut
kehilangan barang-barang di kopernya. Buru-buru Eun Sang memasukkan semua
barangnya dan terus memanggil kakaknya, meminta kakaknya untuk menunggunya. Tan
yang sedari tadi tak melewatkan sedikitpun apa yang terjadi, hanya bisa menatap
Eun Sang dengan iba.
Tiba-tiba momen itu dirusak oleh
Jay yang tiba-tiba muncul dan dengan berisik berkata kalau mereka harus segera
pergi ke pesta teman mereka. Tan menyuruh Jay diam. Namun entah Jay sedang
kerasukan apa, ia melihat arah pandangan Tan dan langsung berkata kalau gadis
itu seperti malaikat yang jatuh dari langit.
Mendadak Jay melihat bungkusan serbuk
di koper Eun Sang dan berkata kalau Tan tak perlu khawatir. Ia langsung lari
dengan girang. Ya ampun.. si Jay ini nganggap Eun Sang bawa narkoba, ya?
Tan menyadari kalau Jay sudah salah sangka. Ia pun lari mengejar Jay, namun Jay sudah keburu sampai di depan
Eun Sang. Ia merebut kantong tepung kedelai itu dan langsung. Eun Sang bengong,
shock melihat ada orang yang mengambil barangnya, “Apa aku baru saja kecopetan?”
Eun Sang pun langsung mengejar Jay
hingga ke pinggir pantai. Si Jay ini mungkin memang lagi mabuk, karena lari
saja nggak bisa, bahkan dia sampai jatuh menabrak net voli pantai. Eun Sang
langsung merebut kantong itu, tapi Jay tak mudah melepaskannya. Akhirnya mereka
tarik-tarikkan hingga isi kantong terburai hingga mengenai wajah Jay.
Betapa kagetnya Eun Sang saat
melihat Jay berkelojotan, seperti tak bisa bernafas. Tan yang akhirnya berhasil
mengejar mereka, mencoba menyadarkan Jay. Tapi Jay sudah pingsan. Tan menyuruh
Eun Sang untuk menelepon 911.
Tapi Eun Sang berkata kalau ia tak
membawa handphone. Kemudian ia terbelalak baru sadar kalau Tan tak berbahasa
Inggris, “Kau orang Korea?”
“Apa itu penting?” sergah Tan
kesal.
Akhirnya Jay dibawa ke rumah
sakit dan dokter mengatakan kalau Jay pingsan karena alergi akut. Apakah Jay
memiliki alergi? Tan menjawab kalau Jay alergi kacang. Eun Sang langsung menyambar
kalau tepung itu adalah memang tepung kedelai. Tan menoleh dan menjawab masam, “Aku
tahu.”
Eun Sang langsung diam mendengar
jawaban tak enak dari Tan. Dokter meminta Tan untuk mengisi formulir
pendaftaran. Eun Sang bertanya baik-baik pada Tan tentang kondisi Jay, tapi Tan
malah menyentaknya, kenapa juga Eun Sang membawa tepung kedelai seperti itu?
Eun Sang heran melihat Tan malah marah padanya, “Temanmu yang mencurinya dan
dia yang pengguna narkoba..”
“Dia hanya mabuk,” bentak Tan, “Jika
ia benar-benar pecandu, ia langsung bisa membedakan antara makanan dan narkoba.”
“Jadi kau sekarang menyalahkanku?
Di sini aku adalah korban.”
“Di sini aku yang harus
menanggung semuanya,” tukas Tan dan langsung meninggalkan Eun Sang.
Masalah kembali muncul dengan
adanya polisi yang menyelidiki bungkusan yang dimiliki Eun Sang. Walau Eun Sang
sudah meyakinkan dengan bahasa Inggris yang belepotan kalau tepung itu adalah
makanan, polisi itu tak percaya. Ia meminta paspor Eun Sang dan mengira Eun
Sang adalah remaja di bawah umur. Polisi itu bertanya alamat tempat tinggal Eun
Sang dan curiga kalau Eun Sang masuk dengan cara illegal.
Eun Sang tak bisa mencerna semua
ucapan polisi itu dan meminta polisi itu untuk berkata lebih pelan, “More slow,
please..”
Mendadak ada tangan yang
merangkulnya, “It’s okay, baby. She’s my girlfriend. She’s just here for
vacation,” kata Tan sambil memandang Eun Sang seromantis mungkin, untuk
menyelamatkan gadis itu dari penyelidikan lebih lanjut.
Tapi kebetulan saja polisi yang
mengurusi hal ini adalah polisi yang sering bertemu dengan Tan. Bukan bertemu untuk
minum kopi bersama, tapi sepertinya karena Tan sering berbuat onar. Melihat Eun
Sang memiliki hubungan dengan Tan, polisi itu malah memutuskan untuk menyelidiki
lebih dalam lagi. Ia akan menyita paspor Eun Sang dan akan memberikannya
setelah semua penyelidikan selesai.
Eun Sang bertanya pada Tan atas
apa yang baru saja terjadi. Tapi Tan tak menjelaskan lebih lanjut, malah
bertanya, “Kenapa kau berbicara denganku menggunakan banmal (bahasa informal)?”
Eun Sang berkilah kalau tak ada tingkatan bahasa di dalam bahasa Inggris. Tan
langsung menukas dengan kesal, “Tapi kau kan tak berbahasa inggris saat berbicara
denganku.”
“Kalau begitu anggap saja kita
bicara dalam bahasa Inggris,” tukas Eun Sang tak mau kalah. “Aku juga melihat
umur temanmu di status pasien. Umurnya sama denganku. Berarti umurmu juga sama
denganku, kan?”
Tan berdehem, ia kalah bicara.
Dan Tan pun bertanya mengapa Eun Sang buang-buang waktu di sini? Dimana Eun
Sang tinggal? “Aku harus tahu kemana aku harus menghubungimu saat polisi
meneleponku.”
Eun Sang tak tahu dimana ia harus
tinggal, dan ia ingin pinjam handphone Tan agar bisa menghubungi kakaknya.
Tan langsung bertanya apa mungkin kakaknya mau menerima teleponnya setelah
pertengkaran tadi? Eun Sang terkesiap kaget, tak menyangka Tan melihat
peristiwa tadi.
Tan pun bertanya lagi, “Kau tak
berpikir untuk menelepon agar diijinkan tinggal di rumahnya, kan?”
Eun Sang menunduk. Walau memang
hal itu yang ada dipikirannya, tapi ia tak membiarkan Tan mengetahuinya, “Itu
bukan urusanmu. Dan seperti yang tadi kukatakan, semua ini 100% bukan
kesalahanku, jadi kau harus mau mengantarkanku.”
Takut Tan akan menolaknya, Eun
Sang langsung mengusulkan kalau ia akan membayar bensinnya. Tan langsung
menembak, “Kau pikir uang dapat menyelesaikan semuanya? Apa kau ini kaya?”
Eun Sang menunduk dan bergumam, “Aku
takut kalau kau akan meninggalkanku. Kumohon..”
Tan memandang gadis yang berdiri
di hadapannya. Setelah berdebat cukup lama dengan Eun Sang, Tan tak menyangka
akan mendapat jawaban seperti itu.
Maka ia pun mengantarkan Eun Sang
ke rumah Eun Suk. Eun Sang mengatakan kalau ia akan menelepon Tan 3 kali
sehari, setiap jam 8 pagi, 12 siang, dan 3 sore, “Kau dapat mengangkat telepon
jika kau sudah memegang pasporku. Selain itu, kau hanya perlu mengabaikannya.”
Eun Sang pun menarik kopernya,
dan Tan menunggu Eun Sang hingga masuk ke dalam rumah. Tapi Eun Sang tak segera
masuk rumah karena pintu rumah tak terbuka walau Eun Sang mengebel berkali-kali
dan memanggil nama kakaknya.
Tan akhirnya keluar mobil dan
bertanya apakah Eun Sang masih mau menunggu di luar? Apa Eun Sang tak pernah
mendengar tentang jalanan di Amerika saat malam hari?
“Jangan menakutiku,” sekarang Eun
Sang jadi takut.
“Apa kau pikir ia akan pulang
setelah kabur membawa uangmu?”
Kali ini Tan benar juga. Tapi Eun
Sang tetap tak bergerak dari tempatnya. Akhirnya Tan menyerah dan berkata, “Sesukamulah.”
Ia masuk ke dalam mobil dan segera pergi.
Sendirian dalam lingkungan yang
tak mengenalinya, Eun Sang duduk di tangga teras. Suara sirine polisi menambah
seramnya malam. Sekelompok remaja melewati rumah Chris dan melihat Eun Suk
duduk. Mereka menyapa dan menggoda, membuat Eun Sang bersembunyi ke dalam balik
tembok. Anak-anak itu berlalu, tapi mereka sudah cukup membuat saraf Eun Sang tegang.
Ia memutuskan untuk pergi dari
rumah itu dan mulai berjalan pergi. Tapi tiba-tiba terdengar derum mobil yang
berhenti tepat di belakangnya. Eun Sang menoleh dan terbelalak melihat Tan
menatapnya dan berkata,
“Apa kau mau menginap di rumahku?”
|
Komentar :
Dua orang yang sama-sama sinis
memandang hidup, akhirnya bertemu. Sejak Tan melayangkan pandangan ke Eun Sang,
ia sudah tertarik. Ia semakin tertarik saat melihat gadis itu menangis dengan
isi koper terburai semuanya.
Kim Eun Sook, scriptwriter-nim
benar-benar serius saat mengatakan kalau karakter Lee Min Ho akan berbeda dan
drama ini akan berbeda dengan Boys Before Flowers. Karena menurut saya Kim Tan
tak mirip dengan Gu Jun Pyo. Tapi Young Do-lah yang mirip dengan Gu Jun Pyo.
Sadar punya kekuasaan dan suka membully teman-teman yang lemah. Persis seperti
Gu Jun Pyo di awal-awal episode.
Kim Tan malah mirip dengan Ji
Hoo. Cuek, tak pedulian, dan cenderung apatis pada semuanya.
Lee Min Ho dan Jay.. benar-benar
pasangan yang unbelievable. Akting Lee Min Ho keren, tapi bahasa Inggrisnya
nggak meyakinkan sebagai orang yang sudah lama tinggal di Amerika dan gila
pesta. Kenapa nggak pake dubbing aja, ya?
Dan Jay.. duh.. bahasa Inggrisnya
sih bagus, namanya juga native. Tapi kenapa lebay banget? Matanya itu loh..selalu
terbelalak saat Tan menjawab pertanyaannya, sepertinya ia terpana melihat reaksi
Tan yang cool banget. Overacting banget, deh..
Dibanding inggris yang jelek,
saya lebih kesel liat acting yang jelek. Dan Jay ini, haduhh… aktingnya nggak
karuan. Jauh lebih mending si Chris, pacarnya Eun Suk.
Jadi, sori. Saya berharap episode
2 nanti, Kim Tan dan Eun Sung sudah balik ke Korea (pasti nggak mungkin), atau
dunia hanya milik Tan dan Eun Sang berdua saja, deh. Atau..semoga Jay tetap
dirawat di rumah sakit sampai Eun Sang dan Tan balik ke Korea.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar