Sinopsis The Heirs Episode 2-1
Eun
Sang bertanya apakah tempat Kim Tan lebih aman. Tan berkata ia tidak
tahu tempatnya lebih aman atau tidak, tapi yang pasti lebih baik dari di
sini.
“Bagaimana? Apa kau mau ikut?”
Eun Sang nampak ragu.
Tapi
ia tidak memiliki tempat tujuan, jadi ia menerima tawaran Tan. Begitu
melangkahkan kakinya ke dalam rumah Tan, Eun Sang ternganga. Bagaimana
tidak, ia melihat rumah yang hanya tampak dalam buku-buku home
desain…atau drama Korea tentunya ;p
Ia
mengikuti Tan ke lantai bawah. Tan dengan santai duduk di sofa. Eun
sang kaget saat mengetahui Tan tinggal sendirian dalam rumah itu.
“Siapa
kau? Apa kau pengedar narkoba? “ Pffttt….sepertinya Eun Sang cuma
nonton film mafia dan ngga pernah nonton drama Korea yang bertaburan
chaebol ^^
Ia bertanya apa yang Tan lakukan untuk menghidupi
dirinya. Tan tak percaya Eun Sang mengira ia seorang pengedar narkoba.
Eun Sang berkata petugas polisi tadi tampaknya mengenal Tan, dan juga
teman Tan the overacting Jay langsung menghirup bubuk itu begitu
melihatnya.
“Benar
juga. Tapi….” Tan berdiri lalu berjalan mendekati Eun Sang. “Kenapa kau
pikir aku hanya menjual narkoba? Apa polisi yang kautemui tadi
benar-benar polisi?”
Eun Sang berjalan mundur ketakutan. Tan
terus mendekatinya dan dengan enteng bertanya apakah Eun Sang masih
memiliki 2 ginjal utuh. Ha…kukira Tan lagi pura-pura jadi germo ternyata
lagi pura-pura jadi penjual organ tubuh XD
Eun
Sang semakin takut. Ia memperingatkan Tan untuk tidak mendekatinya
lagi. Tapi ia tidak bisa mundur lagi dan sudah tersudut. Tan mendekatkan
wajahnya.
“Ini kamarmu. Panggil aku jika kau memerlukan
sesuatu,” katanya sambil tersenyum kecil. Ia membukakan pintu di
belakang Eun Sang lalu pergi.
“Apa-apaan itu tadi?” gumam Eun Sang, masih shock.
Eun
Sang masuk ke kamarnya. Ia teringat pada kakaknya yang melarikan diri
setelah mengambil uangnya. Tapi ia tidak bisa bersedih lebiih lama
karena ada urusan yang lebih penting. Urusan perut. Eun Sang baru sadar
ia belum makan lagi sejak turun dari pesawat.
Eun Sang
pelan-pelan membuka pintu kamar. Di luar gelap. Tan yang sedang
membereskan buku-bukunya mendengar suara. Dari balkon ia melihat ke
lantai bawah. Ia melihat Eun Sang mengendap-endap melintasi ruang tamu.
Eun
Sang membuka kulkas di dapur. Di dalamnya hanya ada berbagai makanan
kaleng. Ia mengambil beberapa dan mulai makan di dalam kegelapan.
Tiba-tiba
lampu menyala. Eun Sang menyadari ia sudah tertangkap basah. Tapi ia
sudah mempersiapkan diri. Ia memintaa maaf dan berkata ia hanya memakan
makanan yang sudah lewat masa expire-nya. Lalu ia menyodorkan uang US$ 5
di atas meja untuk mengganti makanan-makanan tersebut.
Tan
menghampirinya dan melihat masa kadaluwarsa pada kaleng-kaleng itu. Ia
berkata bagaimana bisa Eun Sang memakan makanan itu. Eun Sang tidak bisa
menjawab dan buru-buru pergi.
“Hei!” panggil Tan. Ia bertanya
apakah Eun Sang tidak akan membereskan sisa-sisa makanannya. Eun Sang
mulai membereskan kaleng-kaleng itu.
Tan terus menatapnya. Eun
Sang bertanya bagaimana caranya memilah sampah Tan. Tan tidak tahu
karena ia tidak pernah melakukannya.
“Siapa namamu?” tanyanya pada Eun Sang.
“Aku lupa mengatakannya padamu tadi. Terima kasih sudah membiarkan aku tinggal.”
“Itu nama yang panjang.”
Eun
Sang hanya menunduk. Tan mengerti Eun Sang tidak mau memberitahu
namanya dan tidak mendesaknya lagi. Ia berkata Eun Sang tidak perlu
berterima kasih padanya. Ia bukan membantu Eun Sang tapi sebagai ganti
rugi atas bubuk kacang Eun Sang yang ia tahu seharusnya untuk Eun Suk.
Sekretaris
Yoon memberitahu Kim Won bahwa Hotel Zeus (milik ayah Young Do)
langsung menghubunginya begitu tahu Won memesan penerbangan ke Amerika.
Mereka menawari Won untuk menginap di sana.
“Dia sudah bersikap
seakan-akan ia pemegang saham hanya karena ia bertunangan dengan
Presiden Lee (ibu Rachel Yoo) dari RS international,” ujar Won sinis.
Mendengar
itu Sekretaris Yoon terdiam. Ada apa, tanya Won. Sekretaris Yoon
berkata tidak ada apa-apa, ia akan menolak penawaran Hotel Zeus itu
dengan sopan.
(dalam diagram karakter, Presiden Lee dan
Sekretaris Yoon pernah menjalin hubungan kekasih. Namun melihat marga
Chan Young dan Rachel yang berbeda, aku tidak yakin jika mereka
bersaudara)
Kemudian
Sekretaris Yoon menyodorkan daftar tamu yang akan menghadiri pesta
keluarga yang akan datang . Ada 51 tamu, masing-masing akan datang
bersama keluarga mereka. Won menatap Sekretaris Yoon dengan tajam dan
tidak mengambil daftar itu.
“Saya sudah mengirimnya lewat email,” kata Sekretaris Yoon mengerti.
“Kalau begitu untuk apa kau memberi hard copynya (daftar nama dalam bentuk kertas)?” tanya Won.
Kenapa
Won sebal? Karena jika Sekretaris Yoon memberikan kertas berisi daftar
nama padahal telah mengiriminya melalui email, itu sama saja dengan
menuduhnya tidak melihat email sama sekali.
Ia lebih sebal lagi
setelah tahu ayahnya yang menyuruh Sekretaris Yoon memberikan daftar
nama itu lagi dalam bentuk dokumen. Sekretaris Yoon berkata ia sudah
memberitahu ayah Won perihal rencana keberangkatan Won ke Amerika.
Won bertanya apa Sekretaris Yoon pikir ia tidak bisa memberitahu ayahnya sendiri?
“Aku sudah lama ingin bertanya padamu. Sebenarnya kau bekerja pada siapa saat ini? Aku atau ayahku?”
“Aku selalu bekerja untuk Grup Empire.”
“Begitu,” kata Won sinis.
Sekretaris Yoon sambil tersenyum berkata Won saat ini seperti seseorang yang marah karena dikhianati kekasihnya.
“Kau
salah. Aku sedang menyarankan kau untuk lebih romantis dengan mencari
lebih banyak wanita. agar kau tidak ikut “mati” saat Presdir (ayah Won)
mati..” (Setelah seorang Raja Korea mati, para pelayannya ikut mati)
“Apa
ada saran lain?” tanya Sekretaris Yoon tenang. Whoaaaa…jika ia bisa
menentang Won setenang itu, artinya ia tahu posisinya tidak akan goyah
dan bahkan lebih kuat dari Won.
Won menyadari itu. Sekretaris
Yoon terlihat tidak takut pada apapun. Won berkata itu kebiasaan buruk
lain yang diajarkan ayahnya.
Sekretaris Yoon memandang Won yang berjalan menjauh dengan tatapan lembut (atau kasihan?). Ia mendoakan keberangkatan Won.
Ayah
Won sedang minum teh bersama istrinya, Nyonya Jung (Nyonya Jung Ji Suk
adalah istri kedua sementara ibu Won yang sudah meninggal adalah istri
pertama. Ibu Tan adalah wanita simpanan >,<) . Ayah Won duduk di
kursi roda dan nampaknya kesehatannya tidak terlalu baik. Ia berkata ia
baru menyadari sekarang kalau kesehatan adalah yang terpenting. Ia
menyarankan agar istrinya menjaga kesehatan dan makan banyak makan
makanan sehat.
“Jangan berpura-pura baik. Itu tidak akan membuatku melepaskan namaku dari daftar keluarga,” ujar Nyonya Jung.
Ayah
Won tertawa. Ia berkata ia tidak pernah memintanya, tapi Nyonya Jung
yang membawa ibu Tan masuk dalam keluarga mereka. Nyonya Jung berkata ia
tidak punya pilihan lain. Daripada ayah Won terus mengumbar aibnya di
depan umum, lebih baik ia membawanya masuk agar tetap tersembunyi.
“Aku tahu, aku yang berbuat kesalahan.”
“Bagus
kalau kau tahu. Tapi aku tidak akan pernah menceraikanmu. Karena itu
aku membawanya masuk. Untuk memerangkapnya dalam kandang hingga ia tidak
bisa melakukan apapun lagi sampai mati.”
Ayah Won tertawa. Ia berkata biasanya semakin lanjut usia, hati akan semakin lembut. Tapi Nyonya Jung tidak pernah berubah.
“Mungkin karena aku tidak punya anak,” kata Nyonya Jung tersenyum getir.
Di
luar, Nyonya Han (ibu Kim Tan) mencoba menguping pembicaraan mereka.
Won melihatnya. Nyonya Han buru-buru berkata kalau ayahnya dan Nyonya
Jung tidak membicarakan Won.
“Mereka hanya menghina diriku,” katanya tersenyum.
Won tidak menanggapinya dan hendak mengetuk pintu.
Tok tok tok, Nyonya Han mendahului Won.
“Won datang,” serunya dari luar pintu. Ia menyuruh Won masuk karena ibunya berkunjung.
“Aku tidak punya ibu di rumah ini,” kata Won.
“Baiklah, dia ahjumma. Ahjumma yang mengasuhmu,” ujar Nyonya Han.
Won bertanya apa Nyonya Han akan menguping.
“Aku
pergi. Ahjumma ini juga akan pergi,” kata Nyonya Han. Hee..kok aku suka
ya sama ibu Kim Tan. Sepertinya ia yang paling simple dari semua orang
dalam drama ini dan lucu dengan caranya sendiri ;)
Won
menemui ayahnya dan ibu tirinya. Nyonya Jung menyapanya. Won balas
menyapa dengan kaku. Nyonya Jung mengeluh Won tidak pernah menyapanya
lebih dulu. Ia mengingatkan ia yang sudah mengasuh Won selama 10 tahun
sebelum Won pergi ke Amerika.
“Aku mungkin tidak menyayangimu, tapi aku tetap melakukan yang terbaik. Jangan perlakukan aku seolah aku ibu tiri yang jahat.”
“Maaf aku mengecewakan setelah 10 tahun berusaha,” ujar Won tenang.
Nyonya
Jung kesal melihat sikap Won seperti ini padanya. Tapi sebelum mereka
sempat berdebat lagi, ayah Won menghentikan mereka. Maka Nyonya Jung pun
pergi meninggalkan mereka.
Aku kok merasa ngga adil ya cuma nyebut ayah Won padahal ia ayah Tan juga. Untuk selanjutnya aku sebut Presdir Kim saja ya^^
Presdir
Kim berkata ia dengar Won akan pergi ke Amerika. Presdir Kim berkata
orang Amerika sangat menghargai perusahaan yang dijalankan turun temurun
oleh keluarga dan bagi mereka keluarga adalah yang utama.
“Jadi sebaiknya kau juga membawa serta Tan.”
“Aku akan….”
“Dengarkan aku. Aku akan memberitahu Sekretaris Yoon.”
“Ini adalah urusanku. Aku akan…”
“Aku hanya melakukan tugasku. Perusahaan ini belum menjadi perusahaanmu,” potong Presdir Kim.
Dan Won pun tak bisa berkata apa-apa lagi. Hmmm..ini sih kaya ayahnya yang mmebuat persaingan antara Won dan Tan >,<
Nyonya
Han menggiring Nyonya Jung ke tempat sepi. Ji Suk berkata ia sedang
sibuk. Ia menegur Nyonya Han karena tidak menggunakan bahasa formal
dengannya. Dengan enteng Nyonya Han berkata ia menggunakan bahasa
singkat untuk menghemat waktu Nyonya Jung.
Ia dengar Nyonya Jung akan menemui keluarga Rachel. Ia berkata kenapa mereka meminta Nyonya Jung menemui mereka.
“Mengapa kau begitu peduli? Apa kau akan pergi?” tanya Nyonya Jung sinis.
“Aku bertanya karena aku tidak bisa pergi. Aku harus tahu apa yang terjadi karena aku akan menjadi besan mereka.”
“Siapa besanmu? Apa kau lupa bahwa Tan adalah puteraku?” tanya Nyonya Jung.
“Jangan
terlalu pamer. Kau akan menyesalinya nanti. Tan tidak akan senang
mengetahui ibunya diperlakukan semena-mena seperti ini,” kata Nyonya
Han.
Nyonya Jung bertanya apa Nyonya Han sedang mengancamnya. Nyonya Han tidak menyangkal.
“Kau
ini penuh omong kosong. Kau pikir kau ini benar-benar nyonya rumah
hanya karena mereka memanggilmu Nyonya Han? Selama aku masih hidup, kau
tidak akan pernah menjadi istri suamiku. Aku akan memastikan kau tetap
jadi wanita simpanan. Apa kau mengerti?” kata Nyonya Jung dengan nada
menghina.
Perkataan Nyonya Jung tepat mengenai sasaran. Nyonya
Han tak mampu membalas. Setelah kepergian Nyonya Jung, Nyonya Han
menangis lalu menelepon anaknya.
“Tas
wanita lain….rumah wanita lain…suami wanita lain…. Ia tidak bahagia
karena ia menginginkan kehidupan wanita lain untuk hidupnya,” tulis Tan dalam bukunya. “Ia adalah….” Tan melihat ponselnya yang berdering namun tak mengangkatnya. Ibu.
“Ibu?
Ini aku. Apa kau khawatir karena aku begitu lama baru menelepon?
Maafkan aku. Aku tidak bisa menelepon karena aku benar-benar tersesat di
Amerika. Mereka hanya berbicara bahasa Inggris di sini. Kakak….” Eun
Sang berusaha menahan air matanya. “Ia bertambah tinggi dan kulitnya
semakin hitam. Ibu tahu kan bahaya matahari California? Sama seperti
batu yang dipanaskan di atas api. “
Ibu Eun Sang mengetuk ponselnya sebagai tanda ia mendengar.
Eun
Sang berbohong dengan berkata saat ini ia sedang berada di rumah
kakaknya. Rumah yang memiliki kebun. Tapi anehnya ibu Eun Sang tidak
tersenyum mendengar itu.
(hmmm…it’s weird. Jika seorang ibu tahu
anaknya menikah dan memiliki rumah yang bagus, harusnya ia senang
bukan? Apakah ia peka mendengar ada yang tidak beres dari suara Eun
Sang?).
Ia
mengetuk ponselnya lagi. Eun Sang meminta ibunya tidak khawatir dan
mengingatkan ibunya untuk makan dengan baik dan tidur yang nyenyak.
Sambil berusaha menahan tangisnya, Eun Sang pamit pada ibunya di telepon
dan berjanji akan menelepon kembali.
Tanpa sepengetahuan Eun
Sang, Tan tak sengaja mendengar kebohongan Eun Sang pada ibunya. Tan
datang untuk membawakan sandwich. Eun Sang berterima kasih.
“Tidak perlu berterima kasih, makanan itu bagus untuk ginjal,” seloroh Tan.
“Hentikan,” protes Eun Sang.
Tan
berkata Eun Sang pintar berbohong. Eun Sang sadar Tan tadi mendengar
percakapannya dengan ibunya di telepon. Kenapa Tan menguping?
Tan
berkata ia tidak terbiasa mendengar suara perempuan di rumahnya. Ia
melihat uang 1 dolar di meja samping tempat tidur dan bertanya untuk apa
itu. Eun Sang berkata itu untuk membayar biaya ia memakai telepon.
“Kau ini boros,” ujar Tan.
Eun Sang cemberut. Ia mengambil dream catcher dari tasnya dan memberikannya pada Tan.
“Ini untuk kamar. Tadinya aku akan menggantungnya di kamarku di Amerika. Tapi aku akan memberikannya padamu.”
“Kau
tidak sedang membuangnya padaku kan?” ujar Tan. Kesal, Eun Sang hendak
merebutnya kembali. Tapi Tan menghindar dan bertanya benda apa itu.
“Dream catcher. Benda itu menyaring mimpi-mimpi buruk dan hanya hanya mimpi indah yang melewatinya,” jawab Eun Sang.
“Apa gadis-gadis cantik juga akan datang?” tanya Tan. LOL XD
“Kembalikan padaku,” kata Eun Sang kesal.
Tan
tidak mau memberikannya. Ia menyuruh Eun Sang beristirahat dan
menghabiskan makanannya dan sekali lagi menggodanya bahwa makanan itu
bagus untuk ginjal. Ia tersenyum saat melihat Eun Sang kesal.
Tan menggantung dream catcher
di ambang pintu menuju kolam. Dari area itu ia bisa melihat kamar Eun
Sang. Eun Sang tidak menyadari kalau kamarnya berbatasan langsung dengan
area kolam dan pintunya terbuat dari kaca.
Ia sibuk memindahkan
kursi untuk mengganjal pintu (puntu masuk dari dalam rumah). Tan
memperhatikan dari luar. Ia tak percaya Eun Sang masih takut bahkan
setelah ia memberinya makanan.
Eun Sang masih tidak sadar Tan bisa melihatnya dari luar. Ia mulai membuka pakaiannya untuk berganti pakaian.
Uhuk
uhuk…Tan langsung tersedak. Ia berlari kembali masuk ke dalam rumah.
Sekilas kepalanya menyentuh dream catcher pemberian Eun Sang.
Hmmm…apakah mimpi indah akan mendatangi Tan?
Eun
Sang terbangun oleh sinar matahari yang menerpa wajahnya. Awalnya ia
agak bingung ia berada di mana. Kemudian ia melihat ke luar dan terpana.
Eun Sang melangkah keluar ke area kolam. Pemandangan yang sangat indah terbentang di depannya. Eun Sang tersenyum takjub.
Tan
sedang bersiap untuk ke sekolah. Ia melihat Eun Sang dari balkon. Dan
untuk pertama kalinya dalam hidupnya ia merasakan sesuatu yang tidak
pernah ia rasakan sebelumnya. (Mungkin belum sejauh cinta, tapi jelas ia
merasa penasaran dan tertarik pada Eun Sang)
Eun Sang menoleh ke atas. Melihat Tan sedang menatapnya, Ia menunduk dan tak berani menatap Tan langsung.
Tan
turun ke lantai bawah. Eun Sang memuji rumah Tan yang sangat indah.
Melihat Tan membawa tas, ia bertanya Tan hendak pergi ke mana. Tan
berkata ia akan sekolah.
“Ternyata kau bukan pengedar narkoba
tapi pelajar,” kata Eun Sang tersenyum. Ia bertanya apakah Tan ke
sekolah seperti sekolah yang ada di film-film Amerika?
“Sekolah
apa yang kaumaksud? Sekolah sihir Hogwarts? (sekolahnya Harry Potter…aku
menjelaskan seakan ada yang tidak tahu sekolah ini >,<)”
Eun Sang tertawa.
“Kau tertawa lagi. Artinya pada dasarnya kau sering tertawa” kata Tan.
Eun Sang berkata ia hanya ingin tahu seperti apa sekolah internasional. Ia meminta Tan menunggu sebentar, ia juga akan pergi.
“Kau mau ke mana?” tanya Tan kaget. Malah sedikit panik kelihatannya.
Eun Sang berkata ia harus pergi jika Tan pergi. Ia hanya akan mencuci muka dan menyikat gigi sebentar.
“Kalau
begitu tinggallah,” kata Tan cepat. Ia meminta Eun Sang tinggal hingga
ia kembali dari sekolah. Dan lagi Eun Sang tidak memiliki tempat tujuan.
Eun Sang hendak ke tempat kakaknya. Tan berkata restoran tempat Eun Suk bekerja belum buka, mereka baru buka siang nanti.
“Kalau begitu….”
“Tidak ada bis. Orang-orang yang naik bis tidak tinggal di sini.”
“Tapi…”
“Jika kau tidak nyaman tinggal di sini (sendirian), maka ikutlah ke sekolahku.”
Eun Sang bengong. Tan berkata bukankah Eun Sang ingin tahu sekolah seperti apa sekolah internasional itu.
Eun
Sang ikut dengan Tan. Sepanjang perjalanan Eun Sang tersenyum. Tan
meminjamkan kaca mata hitam. Saat Eun Sang menolak dengan halus, Tan
berkata di sini kacamata hitam bukan aksesoris tapi kebutuhan.
Eun
Sang memakai kacamata itu. Ia bahkan memberitahu Tan ia akan
mengulurkan tangannya ke luar mobil. Jika ini memalukan bagi Tan ia
meminta Tan memberitahunya.
“Kalau begitu 1 menit,” kata Tan.
Eun
Sang mengulurkan tangannya ke luar mobil (mobil Tan beratap terbuka),
merasakan hembusan angin yang melewatinya. Tan tersenyum dan terus
menoleh melihat Eun Sang (Fanny: lihat ke depan!! *inget drama Secret
>,<*).
Pelajaran
di sekolah Tan hari ini adalah: setiap kata memiliki makna. Begitu kita
memasukkan perasaan dalam sebuah kata, maka kata itu jadi bermakna.
Contohnya kata pensil akan mengandung arti berbeda jika kita
memikirkannya sebagai pensil untuk kita menulis surat. Heh?
Tan tidak menyimak kata-kata gurunya. Ia menoleh ke luar tempat Eun Sang duduk menunggunya.
Pak
Guru bertanya kata dalam bahasa Inggris apa yang paling indah di dunia
ini menurut survei dari 102 negara yang tidak menggunakan bahasa
Inggris. Para murid menjawab: rainbow, flowers, unicorns, dll.
Pak Guru berkata kata terindah dalam bahasa Inggris adalah: mother. Tan terpaku sejenak lalu menuliskan kata itu di bukunya. Kata-kata indah berikutnya adalah: passion, smile, love, dan eternity.
Lalu
apa kata tersedih dalam bahasa Inggris? Ada yang menjawab kematian,
pemakaman, dll. Tan tidak menulis lagi. Berarti kata “mother” baginya
adalah kata yang tersedih juga.
Sambil
menunggu Tan, Eun Sang melihat buku yang biasa digunakan ibunya untuk
berkomunikasi. Dengan sedih ia melihat tulisan ibunya. DRY CLEANING
ONLY. Berulang-ulang. Mungkin bagi Eun Sang itulah kata-kata tersedih di
dunia ini.
Pak Guru menyuruh pada murid mengumpulkan tugas
esai. Tan tidak mengumpulkan. Ia berkata tugasnya tidak untuk
diserahkan. Pak Guru menghela nafas panjang dan bertanya apakah Tan
tidak berpikir mungkin saja Tan menemukan tujuan baru jika mengumpulkan
tugasnya. Tan tidak menjawab dan berjalan keluar. Sepertinya gurunya
sudah terbiasa Tan tidak mengumpulkan tugas.
Tan
tidak menemukan Eun Sang di bangku tempat tadi Eun Sang menunggu. Ia
mencarinya dan menemukan Eun Sang sedang berdiri memperhatikan dua siswi
berpakaian bagus dan berbahasa Korea. Tan bertanya apa yang Eun Sang
lihat.
“Hanya…anak-anak yang beruntung. Murid internasional asal
Korea mengadakan pesta?” Eun Sang melihat ke arah brosur yang ditempel
dua siswi tadi. Brosur itu mengundang murid-murid ke acara Korean Night.
Tan berkata pesta itu tidak menyenangkan.
Eun
Sang tahu Tan sedang menghiburnya. Ia kembali pamit dan berterima kasih
pada Tan karena telah mengajaknya ke sekolah. Ia menitipkan
barang-barangnya pada Tan, nanti malam ia akan mengambilnya.
Tan
bertanya apakah Eun Sang akan pergi mencari kakaknya. Eun Sang berkata
ia harus mencarinya. Ia harus mengambil kembali uang ibunya. Ia tidak
bisa membiarkan kakaknya menghabiskan uang ibunya untuk pemabuk.
“Kalau begitu…good bye,” Eun Sang mengangkat tangannya. Lagipula ini Amerika, kan?
Eun Sang berjalan pergi.
“Hai! Apa kau tahu ke arah mana kau harus pergi?” tanya Kim Tan.
“Aku tahu,” Eun Sang menunjuk ke kanan.
“Benar,” Kim Tan menggiring Eun Sang ke arah lain. Ia berkata ia akan pergi dengan Eun Sang. Hehe^^
Eun Sang bertanya bukankah Tan masih harus mengikuti pelajaran. Tan berkata ia tidak menyukai pelajaran yang ini. Matematika.
“Aku suka matematika.”
“Kau pasti tidak waras.” (Ehem...aku juga suka matematika…sangat berguna untuk berbelanja XD)
Keduanya
pergi ke restoran tempat Eun Suk bekerja. Namun Eun Suk sudah berhenti
bekerja dan tidak akan kembali lagi. Tan menjadi penerjemah bagi Eun
Sang. Melalui pelayan lain, Eun Suk menitipkan pesan pada Eun Sang bahwa
ia akan menelepon Eun Sang dan menyuruh Eun Sang kembali ke Korea.
Eun Sang tak percaya kakaknya benar-benar melarikan diri dengan uang itu.
“Hei, you’re that girl!” Seru seorang pria bule. “You’re that b*tch’s sister!”
Rupanya
itu adalah pria pemabuk mantan kekasih Eun Suk. Eun Sang bertanya di
mana kakaknya. Tapi pria bule tadi juga sedang mencarinya karena Eun Suk
melarikan uangnya.
Pria bule itu menghampiri Eun Sang. Tan langsung memiting tangannya.
“Apa kau juga memukuli kakakku? Kau brengsek!” maki Eun Sang. “Pukul dia!” katanya pada Tan.
“Kau
tidak perlu mengatakan apa yang aku sudah tahu,” kata Tan tanpa
melepaskan si bule. Ia menendang kakinya hingga pria itu berlutut.
Dari
ujung jalan dua pria gemuk melihat kejadian itu dan rupanya mereka
mengenali mantan kekasih Eun Suk sebagai teman mereka. Mereka lari
menghampiri.
“Pada hitungan ke-3. 1, 2….”
Belum selesai
Tan menghitung, Eun Sang sudah menariknya untuk melarikan diri. Dua pria
gemuk itu mengejar mereka. Mereka terus berlari (Eun Sang terus
memegang tangan Tan^^), sementara kedua pria gemuk itu mengejar.
Errrr….bagus untuk menguruskan badan mereka XD Mana mungkin terkejar
hehehe^^
Tan pun merasa geli. Sambil tersenyum ia bertanya kenapa mereka melarikan diri.
“Apa yang kaubicarakan? Kau bilang pada hitungan ke-3…” kata Eun Sang sambil terus berlari.
“Aku
hendak menyuruhmu berdiri di belakangku pada hitungan ke-3,” kata Tan
menghentikan Eun Sang. Dan lagi kedua pria itu tidak bisa mengejar
mereka.
Kedua pria gemuk itu muncul dengan nafas ngos-ngosan. Eun Sang masih ketakutan.
“I want to kill you!” seru salah dari mereka terengah-engah.
“Kau bisa katakan itu saat kau bisa mencapaiku,” kata Tan dalam bahasa Korea, sambil berjalan mundur.
“I swear! I will kill you!”
“Aku
tahu kau ingin melakukanya tapi aku mungkin sudah tua dan mati sebelum
kau bisa melakukannya,” ejek Tan lagi dalam bahasa Korea.
“Apa mereka mengerti bahasa Korea?” tanya Eun Sang heran.
Tan
berkata kedua pria itu tidak akan bisa mendengar suaranya. Ia
mengatakan itu agar Eun Sang tidak takut. Eun Sang sedikit tersentuh
mendengarnya.
Ponsel Tan berdering. Rachel.
Senyum
di wajah Tan lenyap. Eun Sang berkata saat ini tidak ada waktu untuk
mengangkat telepon. Ia meraih tangan Tan, khawatir kedua pria gemuk itu
menyusul mereka.
“Tidak ada waktu untuk ini sejak kemarin,” kata Tan, tanpa sadar menepis tangan Eun Sang.
“Aku hanya…..” Eun Sang merasa tak enak hati.
Tan menyadari kesalahannya. Ia bergurau berkata yang menelepon itu pemesan narkoba organik.
“Ayo
pergi, kali ini kita harus lari,” giliran Tan meraih tangan Eun Sang.
Dan mereka pun berlari meninggalkan dua pria gemuk yang sudah tidak
mampu berlari lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar